Thursday, August 18, 2011

Ceramah Ramadhan: Jadilah Muslim yang Berbahagia

Kebahagiaan tentu menjadi dambaan setiap orang, tak terkecuali umat muslim. Namun tak semua orang tahu apa yang membuat mereka bahagia, apalagi mencapai kebahagiaan tersebut. Setiap orang punya suatu hal tersendiri yang dapat membuatnya bahagia. Bisa berupa hal-hal duniawi seperti harta, kekayaan, koleksi barang-barang unik, dan sebagainya. Ada juga yang sifatnya lebih spiritual, seperti menjalankan ibadah dengan nyaman atau bisa membantu banyak orang.

Menurut pakar Psikologi positif, Martin Seligman, unsur-unsur kebahagiaan secara positif terdapat dalam akronim yang ia sebut PERMA (Pleasure, Engagement, Relationship, Meaning, Accomplishment).

PERMA

Pleasure (kesenangan) mewakili kebutuhan duniawi, makanan yang enak, mandi air hangat, ruangan sejuk, pemandangan indah, serta hal-hal duniawi lain yang sifatnya menyenangkan.

Engagement (pertempuran) mewakili sifat manusia yang senang akan tantangan. Kegiatan-kegiatan ekstrem sepertibungee jumping, rafting, panjat tebing, dan semacamnya, juga memiliki peminat tersendiri. Menaklukkan tantangan, mengalahkan rasa takut, dan memacu adrenalin, punya tempat tersendiri bagi para manusia berjiwa petualang.

Relationship (hubungan), pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, mereka membutuhkan orang lain untuk berinteraksi. Hubungan ini tak melulu antara suami dan istri, bisa juga hubungan antar anggota keluarga, juga tetangga. Menurut Martin, kesuksesan dalam membina hubungan berpengaruh besar terhadap tingkat kebahagiaan seseorang.

Meaning (arti kehidupan), orang yang menemukan arti kehidupan bisa lebih memaknai hidup. Bisa juga karena ia sudah tidak begitu berhasrat pada hal-hal yang bersifat duniawi.

Accomplishment (pencapaian). Pencapaian seseorang terhadap sesuatu juga secara tidak langsung membuat kehidupan seseorang lebih bermakna. Maka, jadilah muslim yang berbahagia.

Kaitannya dengan ibadah shaum Ramadhan

Menurut Psikolog lain, Carl Rogers (1902-1987), kebahagiaan terletak pada kesadaran dalam hidup. Agar hidup secara penuh, maka seseorang harus sadar dengan pengalaman hidupnya dan menghidupkan pengalamannya tersebut.

Hal ini, erat kaitannya dengan ibadah shaum yang saat ini sedang dijalankan oleh umat muslim. Muslim yang sadar, akan selalu dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian, tak terkecuali shaum. Puasa tak sekedar menahan lapar, dahaga, dan syahwat. Tetapi juga peperangan terhadap hawa nafsu.

Berpuasa juga berarti mengenakan pakaian ketiadaan. Tiada makan, tiada minum, dan sebagainya. Orang yang berpuasa diharuskan bersikap ‘Tidak’ pada isi pokok dunia yang berposisi ‘Ya’. Seperti mengendalikan sesuatu yang pada hari-hari lain cenderung untuk dilampiaskan.

Menanggalkan dan meninggalkan bisa dianalogikan seperti perjalanan padi dan beras hingga menjadi nasi. Tapi para pemakan nasi belum tentu mau makan beras atau padi. Pemakan nasi memproses bahan dan substansi yang sama menjadi atau menuju sesuatu yang baru.

Begitupun dengan para pengabdi Allah. Mereka tidak anti-dunia pun anti-materi. Tetapi bukan berarti menjadikan benda sebagai sesembahannya, melainkan mentransformasikannya melalui amal shalih serta meruhanikannya sehingga bermakna akhirat.

Dengan demikian, kita akan bersyukur bahwa kehadiran-Nya adalah kenikmatan dan puncak kebahagiaan, hingga mampu meniadakan segala kenikmatan yang ada.

*ceramah tarawih Dr. Ir. Agung Harsoyo MSc M.eng


No comments:

Post a Comment